Saya pernah mendengar sebuah imbauan untuk tidak membawa HP saat berada di kamar mandi. Alasannya macam-macam: ada yang bilang karena di kamar mandi banyak setan, ada juga yang memberi alasan lebih rasional—di kamar mandi banyak kuman, sehingga jika HP diletakkan di sana, HP akan terkena kuman dan membawa penyakit. Oke, masuk akal.
Saya belum melakukan survei tentang pilihan orang: apakah mereka membawa HP atau tidak ketika masuk kamar mandi. Lebih banyak mana, orang yang membawa HP atau orang yang meninggalkannya di luar? Tadi saya sudah menyampaikan alasan mengapa sebaiknya tidak membawa HP ke kamar mandi. Tapi ada juga alasan mengapa sebagian orang tetap membawanya.
Alasan pertama tentu saja kecanduan. Seseorang tidak dapat lepas dari HP-nya karena HP sudah seperti separuh hidupnya; dari pekerjaan, hiburan, hingga ibadah dilakukan lewat HP. Meninggalkan HP sejenak saja terasa seperti dunia berhenti. HP seperti darah, seperti nadi yang selalu mengalir mengikuti denyut hidup.
Kadang-kadang, ada orang yang membutuhkan waktu lama saat buang air. Ia harus menunggu beberapa menit hingga kotoran di perut mau keluar. Di sela menunggu itu, alangkah lebih nyaman jika sambil bermain HP. HP membuat suasana lebih rileks sehingga kotoran bisa keluar dengan tenang tanpa paksaan. Ketika ada HP, konsentrasi tidak sepenuhnya tertuju pada perut yang sedang berusaha mendorong isinya keluar.
Ada satu kejadian yang membuat saya sampai pada kesimpulan bahwa membawa HP ke kamar mandi ternyata ada pentingnya juga. Begini ceritanya.
Kemarin siang, saya salat Zuhur di masjid. Usai salat, saya keluar dan hendak mengenakan sepatu. Tiba-tiba HP saya berdering. Setelah saya angkat, ternyata dari teman saya.
“Pak, apakah masih di masjid? Tolong beritahu satpam atau cleaning service, saya terkunci di kamar mandi. Ini tidak bisa dibuka dari dalam.”
“Siap, Pak,” jawab saya. Saya segera menghubungi cleaning service. Ternyata ia tidak bisa mengatasi masalah itu, lalu memanggil teknisi. Setelah beberapa saat mencoba, teknisi akhirnya berhasil membuka pintu kamar mandi yang macet itu.
Teman saya keluar dengan wajah sumringah. Mulutnya tersenyum lebar. Ia menyalami saya dan beberapa orang yang membantunya. Seandainya tadi teman saya tidak membawa HP, apa jadinya? Upaya apa yang bisa ia lakukan untuk keluar dari kamar mandi? Tentu penyelesaiannya akan lebih lama. Apa yang dapat dipelajari dari kasus ini? Silakan tulis di kolom komentar.