Engkau adalah Pembantu dan Pelaksana Nabimu

Bening Arum Shidqia, nama itu berasal dari Simbahmu-Mbah Rosyid. Ada harapan yang disematkan di dalamnya: agar hatimu selalu bening, perilakumu arum—mengharumkan orang-orang di sekelilingmu—dan Shidqia, salah satu sifat Nabi, yakni dapat dipercaya. Sedangkan kamu, Nawa, namamu diberikan oleh seorang teman Bapak bernama Gus Aniq: Luhaj Nawa Bait Muhibba. Engkau adalah anak yang diharapkan mencintai Nabi Muhammad.

Bening dan Nawa, suatu hari Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabat terdekatnya. Nabi pun mengumpulkan mereka dan berkata, “Wahai keturunan Abdul Muthalib, aku yakin tidak ada seorang pun dari bangsa Arab yang datang kepada kaumnya dengan ajaran yang lebih mulia daripada yang kubawa. Aku membawa kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Allah telah memerintahkanku untuk mengajak kalian kepada-Nya. Siapakah di antara kalian yang akan membantuku, menjadi saudaraku, menjadi pelaksana tugasku, dan menjadi penggantiku di antara kalian?” (Kings, 2012).

Seandainya aku berada di antara mereka, aku akan mengacungkan tangan sebagaimana Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih berusia tiga belas tahun. Aku pun berharap kelak kalian berani bersikap serupa: menjadi saudara, pelaksana, dan penerus Nabi dalam menyebarkan risalah yang diembankan kepadanya.

Aku berharap kalian meneladani perempuan-perempuan yang membantu Nabi: Khadijah, istri beliau, orang pertama—dan perempuan pertama—yang mengimani Nabi tanpa keraguan sedikit pun; Ummu Fadhl, perempuan kedua yang memeluk Islam, istri dari paman Nabi, Abbas; Shafiyyah binti Abdul Muthalib; serta Ummu Hani, sepupu Nabi, putri Abu Thalib, yang langsung percaya ketika Nabi mengabarkan peristiwa Isra Mikraj.

Jika kelak kalian menemui hambatan dalam menjalankan tugas sebagai penerus risalah Nabi, ingatlah betapa berat jalan yang beliau tempuh. Setelah dakwah dilakukan secara terbuka, tekanan terhadap Nabi dan para pengikutnya semakin keras. Boikot diberlakukan terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Selama hampir dua tahun, jalur pangan ditutup hingga ancaman kelaparan nyata dirasakan. Setelah boikot berakhir, Khadijah wafat. Tak lama kemudian, Abu Thalib—paman sekaligus pelindung Nabi—menyusul wafat. Kehilangan dua penyangga utama ini dikenal dalam sejarah sebagai ʿĀm al-Ḥuzn, Tahun Kesedihan. Di tengah kerapuhan itu, Nabi tidak berhenti bergerak. Ia mencari dukungan ke Thaif, tetapi justru mendapat penolakan dan penghinaan. Setelah semua pintu seakan tertutup, Allah menghibur dan memuliakan Nabi-Nya melalui peristiwa Isra Mikraj. Ini bulan Rajab, bulan peristiwa itu terjadi.

Dari peristiwa Isra Mikraj itulah perintah salat lima waktu ditetapkan. Salat adalah tiang agama. Kalian harus menjaganya dan jangan sekali-kali berani meninggalkannya.

Anak-anakku, jika hari ini kalian belum sepenuhnya memahami apa yang Bapak sampaikan karena usia kalian masih kecil, bacalah kembali tulisan ini suatu hari nanti—berulang kali, bertahap—hingga kelak kalian memahami bahwa tugas kalian adalah meneruskan keteladanan Nabi Muhammad.

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 159

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.