NILAI-NILAI DEDI KEMPOT SELAIN AMBYAR

Maestro campursari Dedi Kempot telah berpulang beberapa hari lalu. Kepergiannya ditangisi oleh para penggamarnya. Ia diberitakan oleh media nasional di halaman muka dengan foto besar. Kompas menampilkan fotonya hampir satu halaman penuh. Ia sebagaimana penampilannya biasanya, mengenakan blangkon dengan rambut panjang dan kriwil.  Jawa Pos juga menampilkan foto serupa, dan juga koran-koran lain. Dadi Kempot telah menjadi tokoh nasional yang fenomenal. Seperti kita tahu, tidak banyak tokoh yang kematiannya ditampilkan di headline media nasional. Bahkan tokoh setingkat menteri sekalipun tidak mendapatkan tempat di sana. Lalu, siapakah Dedi Kempot sehingga mendapatkan tempat setinggi ini di publik Indonesia?

Sekian hari setelah kepergiannya, fotonya masih beredar di media sosial baik sebagai status WA, facebook, ig, dan lain sebagainya. Banyak orang merasa kehilangan dan banyak orang pula perlu melakukan penghormatan. Jaya Suprana memberikan persembahan terhadap kepergian Dedi Kempot dengan memainkan piano. Lagu yang dibawakan oleh Jaya Suprana adalah Pamer Bojo. Prie GS juga menulis sebuah esai pengantar kepergian Sang Maestro dan dimuat di media sosialnya, Agus Nur, dan masih banyak orang lain melakukan hal yang sama. Saya heran, banyak sekali orang-orang mengunggah foto-foto kebersamaan dengan Dedi Kempot. Banyak orang merasa berteman dekat dan akrab.

Siapakah Dedi Kempot sehingga mendapatkan penghormatan sebegitu tinggi? Apakah hanya karena ia mendendangkan lagu-lagu sedih itu? Banyak penyanyi menyanyikan lagu dengan tema patah hati, tetapi tidak ada yang seambyar Lord Dedi. Sang Dedi ini menabrak kelumprahan. Misalnya, ia konsisten menyanyi menggunakan bahasa Jawa bahkan pentas tetap pula mengenakan pakian tradisional Jawa. Padahal sebagaimana yang kita tahu, sesuai teori jika kita mau beranjak ke tingkat nasional maka kita harus mengubah bahasa dan kita dengan bahasa nasional. Banyak juga penyanyi Indonesia yang ingin go international ia menyanyi menggunakan bahasa Inggris. Dedi Kempot tidak begitu, mungkin dia tidak peduli dengan label-label itu. Ia tetap menggunakan bahasa Jawa tetapi lagu-lagunya menembus nasional bahkan banyak juga orang-orang luar negeri, selain Suriname tentu saja yang mencintai Sang Dedi.

Di awal telah aku sampaikan bahwa banyak orang merasa menjadi teman dari sang Lord Dedi ini. Ia memang di kenal sebagai sosok yang rendah hati, ia mudah bergaul dan tidak sok ngartis. Ia mudah saja menerima saat orang meminta foto bersama. Di luar itu, lagu lalu Dedi Kempot adalah teman bekerja, teman menghayati kepedihan hidup, dan mentertawakan kepahitan hidup. Aku masih ingat salah satu lagunya yang berjudul “Layang Kangen”, layangmu tak tompo wingi kui, wis tak woco opo karepe atimu. Sampai selesai. Video klip menggambarkan seorang laki-laki dewasa berkeliling menjual mainan anak sambil bernyanyi. Kita diajak membayangkan seorang laki-laki yang merantau meningalkan anak istrinya di kampung untuk bekerja mencari nafkah di kota dengan berjualan balon dan aneka mainan anak yang lain.

Saya tidak tahu benar hingga banyak orang merasa menjadi teman dekat Dedi Kempot, padahal orang ini tidak pernah bertemu dan bertegur sapa sebelumnya. Kedekatan itu jauh sebelum dia dijuluki The Godfather of broken heart, atau Bapak Patah Hati.

Kretivitas Dedi Kempot bagaikan tambang yang tidak pernah habis digali. Banyak orang yang hidup karena hasil budinya itu. Yang jelas kaset dan CD nya banyak dibajak dan dijual di pinggir-pinggir pasar. Itu artinya ia menghidupi sang pembajak dan penjualnya. Banyak pula orang makmur karena mengcover lagunya, tidak sedikit penyanyi-penyanyi dangdut menyanyikan lagu-lagunya di panggung-panggung besar. Mereka meraup untung dan hidup sejahtera dari situ. Adakah mereka yang izin? Lalu bagaimana langkah Dedi? Saat ditanya begitu Dedi menjawab, mereka tidak izin, “Jika mereka izin maka akan aku izinkan bahkan akan aku antar ke dapur rekaman dan aku perbaiki jika ada nada yang keliru. Dan tidak perlu membayar jika memang belum punya uang. Tapi jika sudah menghasilkan uang, tetapi tidak mau berbagi ya itu namanya mencuri dan semoga saja biar mengurangi dosaku dan anak cucuku kelak.”

Atas pembajakan lagu-lagu itu apakah Dedi Kempot mau menempuh jalur hukum? “Tidak lah, nanti kan sadar-sadar sendiri. Betapa besar pahala Sang Dedi karena menghidupi banyak sekali penyanyi dan musisi yang membawakan lagunya.

Dedi Kempot memang dikenal penyanyi lagu-lagu patah hati. Si Anak Singkong Ari Wibowo yang mengarahkannya menyanyikan lagu-lagu melo atau sedih. Dimulai lagu Cedro, kemudian meledak dengan lagu Sewu kuto. Namun sebenarnya banyak nilai-nilai hidup yang dapat kita ambil dari Sang Dedi Kempot dan tidak hanya persoalan ambyar belaka.

Pertama, dedikasi. Dedi kempot dikenal sebagai seniman yang memiliki dedikasi tinggi. Ruh kecintaan kepada seni itu dia dapat dari bapaknya Ranto Gudel. Kata Bapaknya, seorang seniman harus mengutamakan karya terlebih dahulu, jangan bermimpi terkenal dulu. Dan dedikasi itu ia sampaikan kepada kemenakannya Hatma Prakoso saat dia meminta nasihat. “Jika memutuskan menjadi seniman ya harus serius, tekun belajar, dan terus menerus. Pokoknya dalam posisi bawah atau di atas tetap terus berkarya. Begitu nasihatnya kepada Hatma. Dan Dedikasi itu memang nyata dipraktikan oleh Dedi. Ia mengalami proses mengamen dari jalan-jalan. Dari Jalan itulah ia menghasilkan lagu-lagu yang merakyat.

Kedua, ia adalah orang yang sangat rendah hati. Ia bisa sangat akrab dengan orang yang baru saja dikenal sehingga banyak orang memiliki kenangan manis bersamanya.  Ketiga, mencintai tradisi, Kecintaan dengan tradisi ini dapat dilihat saat dia menyanyi dengan bahasa Jawa dan berpenampilan dengan pakaian adat Jawa. Keemat, dia adalah seorang kreator. Ia mencipta lagu hingga 700 lagu. Tidak seperti seniman sekarang yang hanya menikmati lagu karya orang lain, Dedi Kempot menyanyikan lagu karya sendiri bahkan sebelum dia terkenal, saat dia masih mengamen.

Kelima. Mandiri dan konsekuen. Dia mandiri dan tidak mau bergantung pada nama besar kakaknya dan bapaknya yang terlebih dahulu terkenal. Dia bahkan tidak mau tinggal di rumah kakaknya. Konsekuen, ketika dia bilang pada bapaknya untuk keluar dari sekolah dan memutuskan menjadi seniman, dia melakukannya dengan totalitas. Keenam. Sabar dan dermawan. Hal itu bisa dilihat bagaimana menghadapi lagunya yang banyak dibajak orang. Ketujuh. Dedi Kempot mampu melihat zaman. Ia seperti pengakuannya membaca selera pasar.

 

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.