Maiyahan dan hujan

Di banyak sekali kesempatan saat acara maiyahan turun hujan lebat. Hal itu terjadi misalnya di Gambang Syafaat, di acara Banawa Sekar, dan di Kretek Bantul 23 Februari 2014. Hujan tidak menjadikan acara maiyahan berhenti atau jeda. Saat hujan datang maiyahan tetap berlangsung meskipun ada perubahan-perubahan bentuk.
Mbah Nun menyampaikan bahwa hujan itu dari Allah, kita tidak boleh menolak-nolak. Saat di Banawa Sekar hujan turun pas asrokol, kata Mbah Nun itu pertanda datangnya rahmad Allah. Pada acara Banawa itu Mbah Nun turun dari panggung dan berbaur sholawatan bersama ribuan hadirin. Baju putih yang beliau kenakan basah oleh hujan sekaligus ketingat.
Hal yang sama terjadi di Kretek Bantul, di tengah acara hujan deras. Mbah Nun meminta kepada hadirin ibu-ibu yang sudah tua untuk naik ke panggung. Sementara beliau turun di depan panggung yang kubangan dan berlumpur. Kata beliau dalam bahasa Jawa, “Sing sehat rene udan-udanan sholawatan karo aku.” Yang sehat kesini hujan-hujanan dengan saya. Hadirin yang tadinya menyingkir berangsur mendekat dan bersholawat bersama. Hujan justru menghangatkan mereka. Hujan adalah berkah dan tidak boleh ditolak-tolak.

Sumber dari video: caknun.com

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.