Karya Anak Kampung

Oleh: Tri Umi Sumartyarini

Tak ada hal yang lebih membahagiakan selain melihat mereka tersenyum bahagia menikmati masa kecil, bermain tanpa beban dan tuntutan.

Setiap hari Minggu, di rumah kami yang beralamatkan di Desa Sidorejo Rt.5 Rw. 5 Dukuh Cabean, Kecamatan Karangawen, Demak, anak-anak berkumpul. Biasanya, sapaan pertama kali yang keluar dari mulut mereka adalah, “Mbak Rini, hari ini kita mau buat apa?” Ya, sudah sekitar 3 bulan aku dan suamiku (Muhajir Arrosyid) mengumpulkan anak-anak kampung untuk sekedar pidato, baca puisi, mendengarkan dongeng, nonton film, membaca buku atau membuat prakarya. Perkumpulan ini kami namai Karya Anak Kampung (KAK).

Dulu, ide KAK ini berawal dari keinginan Mas Hajir menginginkan anak-anak mahir pidato. Ketika kecil, di kampung Cabean sering diselenggarakan lomba-lomba pidato. Baik yang diadakan oleh madrasah diniyah mau pun pemuda masjid. Dalam ingatannya, dahulu ia dan teman-temannya sangat antusias saat lomba pidato diadakan. Mereka berlomba berpidato dengan baik. Berbeda dengan kondisi sekarang, lomba-lomba tersebut jarang diselenggarakan dan anak-anak tidak memiliki kemahiran berpidato.

Maka di suatu minggu pagi pada bulan Ramadhan, Mas Hajir mengumpulkan anak-anak untuk datang ke rumah. Ia ingin memberikan materi tentang pidato. Hanya dengan cara menyebarkan pamflet-pamflet sederhana sebagai undangan, anak-anak datang berduyun-duyun datang ke rumah kami. Pertama kali KAK ini berlangsung, ada sekitar 20-an anak datang. Wah senangnya.

Dengan antusias Mas Hajir memberikan materi pertama pidato, yaitu hafalan muqadimah (sapaan pembuka pidato berbahasa Arab). Eh, ternyata menyuruh anak-anak menghafalkan muqadimah itu tidaklah gampang. Padahal hanya sedikit lho, sekitar 5 baris. Banyak alasan yang mereka lontarkan. Dari malas, sulit, dan terlalu panjang menjadi pasal mereka mengurungkan niat untuk menghafalnya. Tidak apa-apa. Kami mencoba sabar. Daripada pertemuan ini sia-sia, anak-anak kami ajak bermain, membuat yel-yel. Yel-yel yang dibuat pada awal pertemuan itu, sampai sekarang masih sering mereka kumandangkan. Yel-yel KAK itu berbunyi “Salam anak Cabean!, kami pintar, kami pandai, kami cerdas! Yes!” (Cabean nama dukuh kami).

Akhirnya kami memutuskan untuk menyuruh mereka membawa hafalan itu ke rumah masing-masing. Tujuannya agar mereka dapat menghafal muqadimah lebih lama.

Hari Minggu berikutnya mereka kembali lagi. Kami tanyakan apakah mereka sudah hafal. Mereka menjawab dengan malu-malu dan lirih, “belum.” Hemmhh,,,sambil menghela nafas panjang, kami mencoba sabar. Ya sudah kita ajak saja mereka bermain lagi. Permainan yang kami selenggarakan adalah permainan ice breaking yang out bound. Bosan bermain, kami selingi dengan baca puisi. Ternyata mereka lebih menikmati kegiatan ini.

Akhirnya kami menyadari, mereka itu tidak perlu dipaksa. Ikuti saja apa yang mereka inginkan, membiarkan mereka bermain tanpa paksaan dan beban. Pikir kami mereka sudah cukup terbebani dengan pelajaran-pelajaran di sekolah pagi yang mengharuskan mereka untuk belajar dan menguasai ini dan itu.

Pelajaran pidato sudah mulai kami lupakan. Karena mereka lebih suka baca puisi, kami mengajari mereka membuat puisi. Caranya dengan menunjukkan contoh-contoh puisi sesuai usia mereka (rata-rata mereka berusia SD). Mereka pun mulai membuat puisi. Biasanya bertema tentang kasih sayang antara ibu dan anak atau tema-tema pertemanan. Selain puisi, mereka juga membuat pantun-pantun.

Karena banyaknya puisi dan tidak ada tempat menampung karya-karya itu, kami membuat majalah dinding bersama-sama. Majalah dinding kami sangat sederhana karena hanya terbuat dari kardus bekas bungkus lap top. Kardus kami buka perekatnya, lalu kami gunting tepinya membentuk setengah lingkaran dan kami alasi kertas kado. Dan, tara…!!! ternyata hasilnya tidak mengecewakan. Pada kardus mading itu kami tempelkan puisi dan pantun-pantun. Agar dibaca anak-anak, mading digantung di ruang tamu.

Biasanya KAK dimulai dari pukul 7 sampai 9 pagi. Tak jarang karena terlalu keasyikan membuat prakarya, waktu selama 2 jam tidak cukup untuk menyelesaikan membuat satu buah prakarya. Pertemuan bisa sampai pukul 12. Karya-karya yang sudah kami buat adalah figura dari kardus, menempel apel remas, figura dari stik es krim, menempel kucing berbulu, dan membuat landak bersepatu.

Karya terakhir yang kami buat adalah figura dari stik es krim. Ternyata hemat sekali membuat prakarya yang satu ini. Stik es krim yang dibeli dari Pasar Johar hanya berharga 2500 rupiah untuk 100 stik es krim, lem kayu seharga 6000 rupiah. 200 stik es krim bisa untuk membuat figura berjumlah 11 anak (rata-rata satu anak membutuhkan 10-15 stik es krim). Nah, untuk hiasannya kami buat dari kertas koran yang berwarna dan dipilin kecil-kecil. Selain itu, kami juga menggunakan kulit kerang dan pasta untuk menghias figura agar tidak terlihat polos. Mau lihat hasilnya? Bisa dilihat sendiri di foto-foto kami. Hehehe. Menarik dan murah bukan? Nah, saking asyiknya buat figura, anak-anak jadi malas pulang deh.

Tidak terasa sampai saat ini usia KAK mencapai 3 bulan. Masih sedikit sih karya-karya yang kami hasilkan. Kami ingin menghasilkan karya berguna lainnya dan membuat anak-anak senang.

Oh, iya, belakangan anak-anak malah meminta sendiri untuk diajari pidato. Padahal kami yang mengajari malah sudah lupa tentang itu. Kata mereka, di sekolah sedang ada pelajaran pidato. Karena, mereka sendiri yang meminta, kami semakin antusias untuk mengajar. Malah bapak kami, Pak Rosyid, juga ikut bersemangat mengajari anak-anak pidato dengan cara membuatkan mereka teks pidato.  Wah, akhirnya mereka semangat juga belajar pidato. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bapak dan ibu yang kami hormati, para hadirin sekalian…” begitulah mereka belajar pidato.

Terimakasih Tuhan, Kau beri kesempatan kami melihat senyum mereka. Tunggu cerita KAK berikutnya ya…***

Berita tentang KAK yang lain dapat dibaca di Kampung, Boneka, Durian, Masa Depan, Telur, Kambing.

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.