MEMILIH MANDI ATAU DIMANDIKAN?

Akhir-akhir ini alam mengondisikan saya untuk melakukan kegiatan rumahtangga seperti mencuci pakian. Saya meminta petunjuk kepada istri bagaimana cara menggunakan mesin cuci. Pakian dimasukkan ke dalam mesin cuci, dikasih sabun cuci, direndam di air secukupnya, terus tombol diputar. Saya perhatikan pakian yang mengambang di dalam air berputar-putar. Saya perhatikan terus dan saya perpikir tentang logika putaran menjadi bersih.

Dulu sebelum mesin cuci ditemukan orang mencuci dengan cara dikucek, atau dipukul-pukul, ada juga yang dengan cara diinjak-injak. Mempelajari pola membersihkan dari cara mencuci itu adalah, untuk bersih disyaratkan terlebih dahulu dibenturkan, atau ditekan sebagaimana pakian diinjak-injak, atau diperas, setelah itu dibilas menggunakan air yang mengalir. Setelah proses benturan dan aliran itu dilakukan baru bersih itu terwujud.

Apakah manusia juga butuh itu untuk menjadi bersih? Karena pakaian adalah barang maka ia pasif. Ia tidak bisa bersih jika tidak ada manusia yang menghendaki bersih dan melakukan proses mencuci. Manusia punya pilihan apakah dirinya mau membersihkan diri atau dibersihkan sebagaimana pakian atau dimandikan.

Tentu saja bersih dalam hal ini tidak hanya bersih secara lahiriah tetapi juga bisa bersih batiniah. Untuk bersih secara batiniah kita juga memiliki dua pilihan, dibersihkan atau mandi sendiri. Ibarat pakian setelah melakukan perjalanan diri kita kotor, menenmpel berbagai debu. Kotoran itu tampak dari perubahan warna pakian kita, atau bau yang ditimbulkan oleh keringat. Untuk membersihkannya Allah punya berbagai cara seperti dibentur-benturkan terhadap masalah sehingga manusia mendapatkan kesadarannya sendiri unutk kembali. Kembali kepada kholik itu bersih.

Manusia bersentuhan dengan materi, kekayaan itu menempel pada dirinya sehingga pada akhirnya mengira kekayaan dan materi itu sama dengan dirinya. Pada puncaknya kesombongan juga menempel pada dirinya, ia memandang orang lain dengan padangan yang berbeda berdasarkan materi yang ia anggap sebagai bagian dari dirinya tadi.

Kita diberi pilihan oleh Tuhan, mandi sendiri, dimandikan, atau dibiarkan kotor sampai mati? Cara membersikan diri atau dibersihkan bisa menggunakan logika mencuci baju tadi, mungkin kita diperas, dinjak-injak, dibangkrutkan, dikucek. Sehingga kita menemukan bersih. Atau kita mandi sendiri dengan membentur-benturkan diri kita dengan kebaikan, berkumpul dengan orang saleh, berzakat dan sedekah, dan mengalir dalam aliran kebaikan yang lain.

Imam Syafii mengibaratkan kehidupan sebagaimana aliran, manusia disuruh mengalir karena air yang berhenti akan kotor dan keruh sedengkan air yang mengalir akan jernih.

25Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.