Pendekar Kemarin Sore

Seorang Pendekar tentu saja punya senjata andalan. Tapi kita bisa membedakan mana pendekar mumpuni dan mana pendekar yang baru memulai masuk ke dunia persilatan. Jika kita melihat seorang pendekar menaruh senjatanya di depan, ia bermaksud orang dapat langsung bisa melihat senjata andalannya, itu berarti pendekar kemarin sore. Pendekar kemarin sore juga menggunakan jurus tertinggi untuk menghadapi jagoan kampung. Ia ingin orang-orang langsung tahu siapa dia. Ia ingin orang-orang mengetahui kapasitasnya dan menghormatinya. Ia berharap, hanya dengan melihat senjatanya saja jagoan-jagoan mundur dan dia tidak perlu bertempur.

Berbeda dengan jagoan mumpuni. Jagoan mumpuni menyembunyikan senjata andalannya serapat mungkin. Ia tidak ingin orang-orang melihat senjatanya. Ia hanya mengeluarkan senjata itu jika sudah sangat diperlukan. Begitu pula dengan pengunaan jurus, pendekar mumpuni menggunakan jurus sesuai kebutuhan. Jika lawan yang ia hadapi hanya pendekar kampung dengan kualitas rendah maka ia hanya menggunakan satu-dua jurus sederhana. Pendekar mumpuni menggunakan senjata dan jurus menyesuaikan lawan yang ia hadapi. Bertarung bagi pendekar mumpuni bukan sebagai unjuk kedikdayaan dan penakhlukkan. Pertarungan adalah sebuah perjalanan, pertarungan adalah takdir yang harus dilewati, dan pertarungan adalah srawung dan bebrayan.

Kasus serupa bisa dipindah pada konteks yang lain, misalnya dalam dunia keilmuan yang kedikdayaan bisa ditunjukkan dalam percakapan, perdebatan, diskusi, adu argumentasi. Ada orang-orang tertentu yang berbicara tidak melihat siapa yang dia ajak bicara, ia pukul rata saja. Ia anggap semua paham dengan apa yang sedang ia bicarakan. Ia keluarkan logika, ia buat analogi, ia pamerkan referensi-referensi mutakhir. Begini ini seorang pendekar kemarin sore. Ia ingin menunjukkan kapasitasnya. Ia ingin menaklukkan pada pukulan pertama. Ia ingin lawannya berpikir, “Wah kelas tinggi nih, ini bukan lawan saya.”

Pendekar mumpuni juga berstrategi, ia juga menghitung, tapi perhitungannya adalah bagaimana agar komunikasi bisa nyambung antara dirinya dengan lawan bicaranya. “Tadi dia paham tidak ya?” Seorang pendekar mumpuni punya banyak varian jurus, senjata, analogi, referensi, dan dia gunakan sesuai dengan kebutuhan ketersambungan. Berbicara dengan kalangan ini menggunakan analogi apa, berbicara dengan kelompok yang lain ia akan menyesuaikan.

Hal semacam ini bisa dibawa pada kasus-kasus yang lain, misalnya baju atau perhiasan yang kita kenakan. Ada orang-orang tertentu di mana saja ia memakai kalung, gelang, anting dengan ukuran besar. Tidak peduli tempat dan waktu, tidak peduli dia ketemu siapa. Kita bisa mengukur, jenis orang kaya seperti apa orang semacam ini.

 

73Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.