Aminah dan Halimah

Bus mengangkut tubuh Tsani. Ia duduk tentram di sisi jendela menyaksikan sawah-sawah menguning, gunung, dan rumah-rumah penduduk. Pikirannya suntuk pada dua sosok perempuan yang menjadi sakti atas masa kecil Nabi Muhamad: Aminah dan Halimah.

(1)

Ibunda Aminah, ketika Abrahah menyerang Ka’bah dan tidak berhasil, suamimu, Abdullah berdagang di Palestina dan Syiria bersama satu khafilah. Kamu mendengar kabar dari rombongan khafilah bahwa suamimu sakit dan tertinggal di Yatsrib, di rumah keluarga neneknya. Dan kabar yang lebih mengejutkan datang dari Harits, kakak dari suamimu. Ia mengabarkan bahwa Abdullah, lelaki bercahaya yang hampir dikorbankan oleh bapaknya, telah meninggal dunia.

Ibunda Aminah, engkau mengelus perutmu. Di sana telah tumbuh benih yang selama mengandungnya, engkau telah merasakan adanya keajaiban-keajaiban. Ia menjadi pelipur laramu atas kehilangan suami yang kamu sayangi.

Engkau merasa ada cahaya yang memancar dari tubuhmu selama mengandung anak itu. Engkau mendengar sebuah suara yang menyatakan bahwa engkau sedang mengandung seorang pemimpin seluruh ummat manusia.

Bayi itu lahir Ibunda Aminah. Kau mengabarkan kepada kakek bayi itu, Abdul Muthalib, bahwa cucunya dari Anaknya Abdullah telah lahir. Dengan kegembiraan Abdul Muthalib datang dan meraih bayi cahaya itu. Ia membawanya ke dalam Ka’bah untuk memanjatkan doa.

Ibunda Halimah yang dimuliakan Allah. Seorang perempuan yang dipilih untuk melahirkan manusia teladan, manusia pembawa risalah, manusia utusan, manusia penyelamat. Suara datang saat engkau mengandung bayi itu, dan menyerumu untuk berkata: “Aku menyerahkan perlindungan anak ini Tuhan yang Satu dari segala kejahatan orang-orang yang jahat, dan namailah ia Muhammad.”

Karena alasan tradisi dan kesehatan maka kau serahkan Muhammadmu kepada perempuan terpilih untuk disusui bernama Halimah.

(2)

Halimah, perempuan terpilih kedua yang mendapatkan kehormatan oleh Allah untuk mengendong, menimang, dan mengasuh bayi Muhammad. Bahkan air susu dari tubuhnya mengalir ke tubuh manusia yang dimuliakan dari jauh sebelum kelahirannya hingga akhir zaman. Halimah, kau bersama suami, dan anak kandungmu sendiri ke pemukiman Quraisy untuk mendapatkan bayi yang disusui. Kamu mendapatkan bayi yang tidak dipilih oleh perempuan lain dalam satu rombongan. Keberkahan dibawa oleh bayi itu karena dalam perjalanan ternyata air susumu penuh. Cukup untuk disusu oleh Muhammad dan anak kandungmu sendiri. Keledai yang engkau tunggangi, yang ketika berangkat berjalan oleng sehingga berjalan di barisan paling belakang, pada saat pulang seperti mendapatkan kekuatan baru. Begitu pula dengan unta tua yang dibawa oleh suamimu, tiba-tiba terlihat penuh air susunya, kau peras dan kau minum bersama. Malam perjalanan pulang kalian istirahat dengan tidur yang tenang.

Bunda Halimah, kau asuh bayi itu dengan keceriaan. Kau setiap saat melihat senyumnya yang indah. Kau saksikan pertumbungannya. Ia mulai bisa tengkurap. Merangkak, berdiri, dan berjalan. Alangkah beruntungnya engaku perempuan dari bani S’ad ibn Bakr. Suamimu mengembalakan domba, dombanya gemuk-gemuk dan membuat teman-temanmu iri, mereka mengembalakan di sisi kambingmu tetapi dombanya tidak segemuk dengan dombamu.

Usia dua tahun, saatnya anak Aminah disapih dan dikembalikan kepada orangtuanya. Kau antar bersama suamiku. Kau, Halimah bilang kepada Aminah untuk bisa membawa pulang anak itu lagi, mengasuhnya dan hidup berama keluargamu. Aminah mengizinkan, Muhammad dibawa pulang lagi sampai kejadian itu datang. Anak kandungmu memberi laporan, dua orang berbaju putih datang menghampiri Muhammad dan menidurkannya dan mengeluarkan sesuatu pada dadanya. Kau dan suami menemui anak itu, kau peluk ia kau lihat wajahnya yang pucat pasi. Kau bertanya pada Muhammad kecilmu apa yang terjadi. Anak itu menjawab, “Dua orang berbaju putih datang padaku, membaringkanku, dan mengambil sesuatu dari dadaku.”

Halimah, kau dan suamimu Haritz ketakutan atas peristiwa itu dan mengantar Muhammad pada ibunya, Aminah. kau ceritakan semuanya apa yang terjadi pada Muhammad. Tapi tidak tampak kecemasan dari wajah Aminah. Ia menenangkan mu dan suamimu, orang yang telah mengasuh anaknya dengan kata-kata: “Peristiwa-peristiwa besar telah terjadi pada putraku. Ketika mengandungnya, secercah cahaya memancar dalam tubuhku. Tinggalkan ia bersamaku, dan pulanglah dengan tenang.” Sejak itu Muhamad diasuh oleh ibu kandungnya, Aminah.

(3)

Ibu Aminah, kau ajak putramu yang berusia enam tahun dalam sebuah perjalanan mengunjungi saudara di Yatsrib. Kau menunggang unta, sedangkan putramu menunggang unta yang lain dengan budak setia, Barakah. Di perjalanan kau sakit, itu terjadi saat perjalanan pulang. Kau meninggal di Abwa, tidak jauh dari Yatsrib. Di sana kau dikebumikan. Muhammad dibawa oleh Barakah ke Makkah dengan segala upaya penghiburan atas kesedihan kehilangan.

Tsani masih di dalam bus yang mangkutnya. Matanya berkaca-kaca. Muhammad berasal dari perempuan-perempuan terhormat dan disayangi oleh perempuan-perempuan mulia. Allah telah memilih perempuan-perempuan yang penuh kasih untuk mengasuh lelaki pengasih. Salma istri Hasyim, buyut Muhhamad adalah perempuan terpandang, Ia adalah orang Yatsrib keturunan bani Qaylahn ia berasal dari suku Khazraj. Salma putri Amar dari suku Najjar itu bersedia dinikahi oleh Hasyim dengan syarat tetap dibolehkan memimpin masyarakatnya. Salma dan Hasyim melahirkan putra bernama Syaibah, seseorang yang kemudian dikenal sebagai Abdul Muthalib, kakek Nabi. Ada lagi perempuan yang sangat menyayangi Nabi, ia adalah Fatimah, bibi Nabi. Fatimah adalah istri Abu Thalib, pengasuhnya setelah ibu dan kakeknya meninggal dunia. Nabi sering berucap dikemudian hari, bahwa Fatimah sering membiarkan anak kandungnya sendiri lapar ketimbang dirinya sendiri, kemenakannya.

Dari itu, Tsani berpikir, akan menjadi perempuan macam apakah dirinya. Bus melaju terus melaju. Tsani terus diliputi kekaguman kepada perempuan-perempuan di sekitar Rosulullah.

54Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.