Gigihnya Gagak dan Jahatnya Manusia

Aku pernah mendengar suatu cerita. Ada seekor kancil begitu cerdik. Kancil menjadi binatang yang mampu mengelabuhi binatang–bintang lainnya. Bahkan buaya, binatang cukup buas tak kuasa menandingi kecerdikan Si Kancil. Cerita Si Kancil ini sampai sekarang masih terdengar di ruang–ruang kelas. Selalu dibacakan oleh para guru dan beberapa Ibu saat bermain dengan anaknya. Melalui dongeng bertema binatang inilah nilai–nilai kebaikan mencoba ditanamkan.
Ada banyak binatang selain kancil yang bisa kita jadikan sebuah pesan untuk mengingatkan begitu jahatnya manusia. Salah satunya adalah burung gagak.
Ada seekor burung gagak bertebangan ke beberapa tempat. Burung itu mendengar cerita dari para binatang lain seperti katak dan ular bahwa akhir–akhir ini sulit mendapatkan air. Bagi Binatang, air adalah sumber kehidupan utama. Jika sumber utama ini hilang maka binatang bisa saja mati. Jadi makhluk hidup yang paling merasakan jika air sudah susah salah satunya adalah binatang. Dimana lagi ikan akan hidup? Dimana lagi kita akan mendengar para katak bersuara? Jika air punah, mereka kehilangan tempat tinggal.
Lalu siapa kiranya penyebab air bisa habis? Siapa kiranya yang dengan tega mengambil sumber kehidupan bagi binatang? Siapa juga yang merampas habitat para binatang. Para binatang tentu sepakat bahwa manusia adalah muara dari segala kerusakan.
Kerusakan yang berawal dari keserakhan manusia menimbulkan ketidakharmonisan alam. Manusia membuat sumber mata air berkurang karena bangunan–bangunan kokoh berdiri semakin banyak setiap waktu. Manusia lupa bahwa alam bukan miliknya sendiri. Tumbuhan, binatang, dan manusia harus bersama menjaga kelestarian alam. Mereka juga memiliki hak memiliki alam.
Dalam video ini, burung gagak dengan gigih mencari sumber mata air. Meski dianggap apa yang dilakukannya itu mustahil oleh burung lainnya, burung gagak tetap saja menggunakan paruhnya untuk mencari sumber air. Dengan sabar dan gigih si burung mematuk satu per satu kerikil karena tak ingin teman- temannya kehilangan tempat tinggal.
Melalu tokoh si Burung Gagak tentu ada pesan yang ingin disampaikan. Kegigihan dan kepedulian adalah hal terakhir yang bisa menyelamatkan kerusakan alam. Entah mengapa dongeng hingga hari ini tak juga ditinggalkan. Muhajir Arrosyid melalui channel youtubenya memproduksi beberapa dongeng. Salah satu dongeng yang saya lihat berjudul Gagak Gigih tersebut. Bahkan media dongeng yang dipakai cukup sederhana. Binatang , tumbuhan, bebatuan, rumah atau gedung hanya terbuat dari kertas. Mas Hajir seolah ingin berpesan bahwa binatang juga begitu dekat dengan manusia. Jadi yang bisa menyadarkan bahwa manusia itu sebenarnya jahat adalah binatang.

Priyo Wiharto – guru penikmat dongeng tinggal di Kudus.

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.