Berkemah Bersama Bening

Hari Rabu jadwal mengajarku sore, ibunya meninggalkan Bening kepadaku. Dari pukul tujuh hingga puluk sebelas nanti waktuku penuh bersama Bening. Jika bersama Bening, aku jarang bisa nyambi aktivitas lain. Ia selalu protes jika melihat Bapaknya membaca atau menghidupkan komputer. Dia maunya ditemani tidak mau dibagi.

Kami biasanya bermain peran, bermain bola, mobil-mobilan, mendongeng, atau menyanyi. Kadang kami jalan-jalan di sekitaran kampung. Ia senang sekali lapang. Jika mendapati tanah lapang ia akan berlari kesana kemari. Mungkin karena rumahnya sempit. Aku dan dia juga senang melihat hewan-hewan ternak peliharaan warga, entah itu kambing, bebek, kuda, kerbau, dan angsa.

Tapi pagi itu aku putuskan untuk tidak jalan-jalan. Di luar panas terik. Sekarang jalan-jalan ramai sampai kampung-kampung akibat perbaikan jembatan di Wonokerto. Aku tawari Bening sarapan, ia tidak mau. Aku ajak mandi juga tidak mau. Ia masih asyik nonton youtube via HP.

Di rumah kami tidak ada TV, teman-temanku heran karena sebauh rumah tidak ada TV-nya. Ada TV kiriman Bu Lik tetapi sudah rusak dan tidak berminat untuk memperbaiki. Tapi masyallah si Bening jadi kecanduan youtube. Bagiku tidak masalah asal tidak berlebihan. Jika waktunya aku rasa cukup maka aku dan ibunya akan berusaha mengalihkan perhatiannya.

Sembari ia nonton youtube aku membaca buku. Aku menyelesaikan bukunya Fawaz berjudul Yang Menyublim di Sela Hujan, cerita tentang Pengalaman BelajarMengajar di Sekola Asmat. Sebuah buku yang menarik dan penting.

Setelah aku rasa cukup dia melihat youtube kemudian aku panggil dia. Dia mendekat dan menggambil satu buku di rak buku. Ada beberapa buku khusus miliknya. Buku yang dia ambil berjudul Belajar Berkemah, buku itu tidak menyebutkan penulis dan tahun terbit dan hanya menyebutkan penerbit BPK Gunung Mulia Jl. Kwitang 22, Jakarta Pusat. Yang jelas usia buku itu lawas. Ibunya Bening memebelinya tujuh tahun yang lalu di toko buku loak. Jika dilihat dari tampilan dalamnya dan gambar-gambar tampaknya buku ini buku terjemahan.

Banyak gambar gambar berwarna dengan kuwalitas bagus. Itulah yang membuat Bening suka. Bening membuka dan bertanya maksud dari gambar-gambar itu. Ada tenda, kompos, tempat memasak, dan lain-lain. Buku ini memang membahas tentang hidup di alam bebas berikut perencanannya. Buku ini membahas tentang perkemahan besar, semacam jamboree begitu. Maka ada tempat untuk menyimpan makanan, ada tenda khusus yang dimanfatkan untuk logistik dan lain-lain.

Kemudian Bening memintaku untuk mengambilkan tendanya. Ya, ia memang memiliki tenda alakadarnya. Ia pasang tendanya di ruang tengah. Ia kumpulkan boneka-bonekanya di dalam tenda itu. Ada boneka kelinci, boneka doraeman, boneka kodok. Ia kemudian berperan sebagai guru dan boneka-boneka itu sebagai murid. Ketika ia asyik berperan menjadi guru, aku punya waktu untuk melanjutkan membaca buku.

“Bapak makan” Bening minta makan. Ibunya sudah menyiapkan makan untuknya. Aku tinggal mengambilkannya. Ada yang unik dari makan Bening. Sebelum makan ia pasti menyiapkan meja dan kursi khusus. Dia duduk di kursi itu siap menerima makanan. Makanan sudah terhidang sekaligus minuman teh manis. Ia meminta air putih.

Ia makan dan aku membaca buku, kemudian dia bilang. “Bapak sendok” duh aku lupa tidak memberinya sendok. Segera aku ambilkan dia sendok. Aku saksikan dia memindahkan makanan dari piring ke mulutnya. Khusuk sekali. Dia tanpa kata-kata. Aku menghentikan bacaanku. Aku lihat dia makan dengan nikmat. Menunya hanya mi dan telur ceplok. Di sela-sela itu kok aku berdoa, “Ya Allah berikanlah kekuatan padaku untuk mendidiknya, memfasilitasnya untuk tumbuh hingga dewasa kelak. Kalau bisa jangan sampai dia lapar, atau dia minta uang dan aku tidak bisa memberinya.”

Jika sudah begitu aku jadi ingat orangtuaku sendiri cara beliau mendidik kami anak-anaknya. Betapa gigh mereka, betapa menahan laparnya sendiri untuk kenyangnya anak-anak. Pemasukan yang tidak seberapa untuk menyekolahkan empat anaknya. Kok saya jadi nangis melihat anak makan. Cengeng sekali aku ya? Hik.

Benar, Tuhan hadir kapan saja dan dimana saja dalam situasi apapun sesuai keinginanNya. Kali ini Dia hadir melalui adegan ketika menyaksikan anak makan sendiri. Selesai makan ia meminta mandi. Bening biasa mandi bersama Bapaknya. Kalaupun Bapaknya sudah mandi dan dia ingin mandi ya Bapaknya disuruh mandi lagi. Di kamar mandi biasanya dia juga bermain-main dulu. Baru minta sampo, disabuni, baru kemudian sikat gigi.

Setelah ganti baju kami sempat bermian bola. Sebelum dia bilang, “Bapak ngantuk” Kami ke tempat tidur. Belum sampai tidur Ibunya pulang. Biasanya ia akan cerita kepada ibunya apa saja yang dilakukannya bersama Bapaknya. Pagi yang asyik bersama Bening. (Muhajir Arrosyid).

0Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.