Angpao Lebaran

Saat lebaran hal yang sudah menjadi tradisi adalah bagi-bagi uang kepada anak-anak. Sebagaimana baju baru, panganan suguhan, uang saku yang dalam tradisi Cina di sebut angpao ini adalah upaya untuk menciptakan kegembiraan, membagi kebahagiaan di hari spesial ini. Asal tidak dipaksakan tradisi ini baik. Dipaksakan misalnya, harus hutang agar bisa memberi lebih dari yang lain, hal baik sekalipun jika sudah disusupi gengsi menjadi rusak.

Dulu waktu aku kecil aku juga diberi uang saku saat lebaran oleh Bude dan Pakde. Waktu itu jumlahnya tidak seberapa, maklum zaman susah. Kisaran uang saku lebaran adalah 200 hingga 300 rupiah. Total keseluruhan hingga akhir masa lebaran paling hanya dapat 20 ribu hingga 30 ribu. Tidak cukup untuk beli sepatu, tas, baju sekolah. Paling hanya cukup untuk beli mi ayam beberapa kali.

Sekarang ini uang saku lebaran kisaran 50, 30, 20, 10 ribu. Kadang-kadang ada seratus ribu. Lebaran memang menjadi hari rayanya anak-anak. Keponakanku ada yang membawa tas khusus untuk uang lebaran ini. Anak-anak yang kecil dan belum paham uang, pengelolaan uang diserahkan pada orang tua. Sedangkan yang sudah paham uang mereka menyimpannya sendiri.

Banyak cerita lucu di balik uang lebaran ini. Ada keponakan yang mbeling. Saat pembagian uang saku di sebuah rumah ia berputar dua kali sehingga dapat jatah dua. Akhirnya uang sakunya lebih dibanding teman-teman yang lain. Ada keponakan yang lain yang memasang target, lebaran ini harus dapat segini. Cerita mbeling lagi. Seorang kakak membohongi adiknya dengan menukar uang seratus ribu menjadi lima puluh ribu dengan pecahan sepuluh ribu berjumblah lima. Adiknya yang tidak paham uang senang saja karena merasa uangnya tambah banyak.

Saat ini setiap lebaran, anak-anak bisa mengumpulkan uang 700 hingga satu juta rupiah. Ada yang digunakan untuk melengkapi keperluan sekolah atau membeli mainan yang mereka impikan.

Ada cerita lagi terkait uang saku lebaran. Suami sepupuku yang wajahnya imut meski sudah punya anak tiga mendapat uang saku lebaran, sedangkan keponakanku yang baru SMP yang wajahnya boros sering terlewat tidak dapat bagian. Beruntunglah bagi kalian yang punya wajah imut.

Saya pernah diprotes keponakan, “Mas kok isi amplopnya turun? Tahun lalu 50 ribu, kok tahun ini 30 ribu. Targetku bisa tidak tercapai nih”.

Sedang krisis cong!

36Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.