Menyebrangi Belantara Pernikahan

Link lagu TURU BAE

Mungkin karena selalu berkumpul anak-anak muda, maka aku juga merasa selalu muda. Aku juga paham curhatan, problem-problem khas anak muda. Masalah anak muda itu ya seperti yang diungkapkan dalam lagu-lagu yang beredar. Tema-tema lagu itu seperti kesetiaan, pengkhianatan, ketidaksetujuan orang tua, kangen, dan perpisahan. Kemudian kita beranjak umur, menikah dan berumah tangga. Problem-problem hidup semacam ini masih untuk sebagian orang, tapi untuk sebagian orang yang lain problem hidup itu bertambah atau beralih ke urusan rumah tangga. Hal itu juga terlantun dalam lagu terutama lagu dengan bahasa daerah. Misalnya ada lagu rintihan seorang istri yang suaminya kerjaannya tidur melulu sementara beras habis, tabungan habis. Pada saat memasuki jenjang menikah ada beberapa pasangan yang kaget menghadapi kenyataan bahwa hidup tidak seindah masa pacaran. Kebutuhan yang tadinya tidak seberapa karena menghidupi diri sendiri menjadi berlipat ganda. Maka jika ada adik-adik pamit menikah aku pasti mengingatkan, memberi kuda-kuda kemungkinan-kemungkinan yang akan mereka hadapi.

Ada lagu yang menjadi lagu wajib acara resepsi pernikahan. Ia adalah lagu berjudul Akad yang dilantunkan oleh band Payung Teduh. Lagu itu semacam pengantar peralihan dari masa remaja yang penuh kesenangan menuju masa ikatan dengan konsekuensi: tanggungjawab.

//Bila nanti saatnya telah tiba//Kuingin kau menjadi istriku//Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan//Berlarian kesana-kemari dan tertawa//Namun bila saat berpisah telah tiba//Izinkanku menjaga dirimu//Berdua menikmati pelukan di ujung waktu//Sudilah kau temani diriku//.

Lirik Akad itu membunyikan tanggungjawab hidup bersama dengan tantangan terik dan hujan, menjaga hingga sama-sama sampai diujung. Itulah saat orang sudah berniat melangkah menuju jenjang pernikahan. Saat duduk di pelaminan yang terbayang kebahagiaan sekaligus tantangan. Kamu yang mau menikah harus siap menghadapi itu. Lagu wajib lain yang juga selalu didendangkan di acara resepsi pernikahan adalah lagu berjudul ‘Pengantin Baru’ yang dipopulerkan oleh Nasida Ria. Lagu ini sebagai penghiburan bagi pengantin yang akan melewati masa peralihan. Menggambarkan kesenangan, kebahagiaan. Namun lagu ini juga menyampaikan nasihat. //Di saat kau berbulan madu//Ingatlah amanat dari Tuhanmu//Agar engkau tak akan kecewa//Kelak dihari tuamu//
Lagu itu menyeru untuk meninggalkan masa remaja menuju hidup serius. Ingat pada Tuhan adakah solusi segala masalah rumah tangga yang mungkin akan dihadapi nanti. Dengan mengingat Tuhan maka akan mengingatkan niat awal saat akan menikah.

Saat orang memutuskan akan menikah, kemungkinan yang akan dihadapi adalah adanya hal-hal baru yang mungkin sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Melihat kenyataan ternyata pasangan berbeda saat telah menikah. Penyesuaian-penyesuain harus dilakukan pada pasangan awal. Ada lagu cirebonan berjudul “Mangan turu bae” yang perlu kita dengar: //Kang,
endi kang tanggung jawabe// Sampean sing dadi laki//Ning rabi ora nafkahi//Kang,//aja enak ngawine bae//Anak sampean wis gede//Santer pisan ning jajane.//Usaha kang coba usaha//Masa saban dina mangan turu bae//Mekaya kang coba mekaya
Luruh kanggo kebutuhan rumah tangga.//Beras uwis langka//Celengan gah wis langka//Sukiki bocah bakale mangan apa//Kang,//Aja enak ngawine bae//Anak sampean wis gede//Santer pisan ning jajane//.

Lagu ini aku dengar pertama kali di sebuah hotel di sebuah stasiun televisi Yogyakarta. Untukmu yang tidak paham bahasa Cirebon atau bahasa Jawa aku akan ceritakan isi lagu tersebut. Lagu itu bercerita tentang seorang perempuan yang meminta suaminya untuk berkarya, bekerja, dan usaha. Selama ini pekerjaan suaminya hanya tidur melulu. Istri itu mengingatkan, kamu yang laki-laki, mana tanggungjawabmu, jangan enak-enak menikahi tetapi tidak menafkahi. Anak-anak minta jajan, beras habis, tabungan habis, besok kita makan apa?

Ini juga tantangan hidup berkeluarga, susah senang ditanggung bersama. Harus ada penyeimbangan antara tuntutan dan realita. Penyesuaian antara keinginan dan kenyataan. Aku mendengar lagu itu, kemudian aku membayangkan istriku menyanyi itu. Betapa perihnya menjadi laki-laki. Kemudian aku telp istriku karena kebetulan aku sedang di Yogja. ” Bu, anak-anak sedang apa? Eh kamu bahagia gak menjadi istriku?” tanyaku.

Dia menjawab. “Ih, Bapak kenapa sih?”.

Sebagaimana lagu-lagu yang aku perdengarkan di atas, menikah itu menyebrangi rimba belantara. Kita akan menemui hal-hal baru yang menakjubkan. Jika ada aral melintang, kita musti ingat Tuhan karena pertemuan adalah rahmat dariNya.

 

32Shares
Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.
Pos dibuat 134

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.